Search This Blog

Thursday, April 28, 2011

Beda CEWEK MATRE & CEWEK CERDAS....!!



Buat agan2x(Ce n Co) yang uda umur 21an ke atas, saya menyadari ditengah2x himpitan ekonomi saat ini timbul istilah yg namanya ce. Matre, alias ce yg hanya memandang pria bermobil, berduit n berharta.. Tapi saya nggak sepenuhnya setuju kalo semua ce.2x ceperti ini disebut ce. matre.. Kita harus menyaring orang2x yang disebut ce. Matre tersebut..

Ok deh langsung aja.. menurut saya kita harus membedakan yang namanya:
- Ce. Matre
- Ce. Cerdas

Gampangannya....
Ce. Matre
ce yang mencari co dengan harapan kelak dikemudian hari bisa hidup santai dan bermalas-malasan, tanpa bekerja dia bisa belanja dan beli barang disana-sini.. Biasanya ciri 2x ce. seperti ini pada saat pertama kali PDKT akan melihat:
- Apakah sipria berMobil?
- Apa pekerjaan pria tersebut,berapa gajinya?
- Seperti apa kondisi rumah siPria tersebut? Dsb2x....

Trus klo...
Ce. Cerdas ciri2xnya pada saat PDKT ia akan melihat :
- Apakah siPria berMobil?
- Apa pekerjaan pria tersebut, berapa gajinya?
- Seperti apa kondisi rumah siPria tersebut?

Lantas apa bedanya dengan Ce. Matre dg Ce. Cerdas?? TIDAK ADA..!!!!

TRUSS.. Bedanya dimana donk!!???
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Disini perbedaannya...

Ce. Matre
akan menilai mobil seperti apa yang dimiliki? seperti ini apakah mobilnya mobil impor? Mercy? BMW? Dsb.. Kadang Ce. Matre tidak begitu masalah dimana dia kerja/apa pekerjaan yang dia lakukan tapi yang penting, Seberapa besar gaji si Co. 7 Jt/bln? 15Jt/bln? atau 50Jt/bln dsb? Ce. Matre juga akan melihat rumah dari si Co. kalo rumahnya tipe RSSS, sudah jelas didalam hati si Ce. akan mengatakan "Pegi jau2x sana Lu ke ujung dunia"...

Ce. Cerdas
Ia akan melihat apakah si Co. bermobil? nah disini lah yang harus kita koreksi kawan... Ce. Cerdas pasti akan memilih Co. yang bermobil, kenapa? Jelas seringkali kita lihat dijalan-jalan, 1 keluarga pergi b'sama2x menggunakan 1 unit motor bebek yang dinaiki Si Ayah, Ibu dan 2 org anaknya. Apakah kalian tega melihat hal seperti ini? tapi jelas mobil apapun tidak masalah bagi si Ce. cerdas.. mobil tahun 90an seharga 30jutaan sudah cukup untuk melindungi keluarga dari terik matahari, hujan dan dinginnya malam, bahkan dengan harga segitupun sudah ada AC-nya..
Ce. Cerdas juga akan melihat apakah pekerjaan si Co.? berapa gajinya? mengapa? tentu saja kawan, ditengah inflasi yang terus meningkat di negri tercinta kita memang gaji 2-3 juta perbulan cukup untuk menghidupi keluarga dan menabung untuk sekolah anak dikemudian hari? kemudian apakah si Co diangkat sebagai karyawan tetap atau hanya kontrak? apakah dia mendapatkan tunjangan diluar gajinya? ini sesuatu yang penting untuk hidup.
Ce. Cerdas juga akan melihat seperti apa kondisi rumah si Co., bagaimana cara dia membelinya..?
Tidak masalah bila rumahnya sederhana yang penting ada cukup kamar, bersih dan apabila kredit tidak besar pasak daripada tiang..

Dari sini bisa terlihat bukan apabila si Ce. Cerdas benar-benar mencintaimu? lantas apa Si Ce. Matre tidak mencintai Co-nya? saya yakin dia juga mencintai Co.nya tapi saya lebih yakin lagi kalau dilubuk hatinya yang terdalam Ia hanya mencintai dirinya sendiri..

Saya menulis topik ini untuk membetulkan persepsi yang salah dari para pria bahwa perempuan pemilih yang melihat bobot dari pasangannya adalah ce. matre(hal ini tidak sepenuhnya benar).

Saya juga ingin mengajar perempuan2x jaman sekarang bahwa kita perlu fondasi finansial yang kuat untuk memulai sebuah keluarga, hidup bukan sinetron, telenovela, film drama, dsb. kalau kalian berkata "saya tidak peduli siapa pasangan saya yang penting saya cinta dia" sadarlah sebenarnya cinta kalian itu egois dan tidak memikirkan bagaimana nasib anak2x kalian dimasa yang akan datang.. Ingat keluarga cemara? itu hanya film!! (hanya untuk dinikmati) memang berapa puluh tahun kalian bisa hidup seperti itu? apa kalian tega seumur hidup melihat anak2x kalian seperti itu? Berapa kali kalian menemukan orang miskin yang hidup seperti keluarga cemara? 1x? 2x? atau belum pernah sama sekali?, hidup jg bukan lagu tahun 70an yg mengatakan " Hati senang walaupun tak punya uang, OOooo...." ) jelas2x lagu ini mengajar kita untuk memiliki persepsi yang keliru, sudah jelas kalau tak punya uang kita akan banyak masalah (Kesehatan, Pendidikan, Dsb...)

Juga buat para Pria.. yang masih bermain-main soal kehidupan (Main game, Dugem, Foya-foya). Cukup lah sudah kalian hidup seperti itu. Kalau kalian masih kuliah n IPK kalian masi jeblok n ga tau kapan kalian akan lulus, ayo SADAR! masih ada waktu..! ingat umur 21-25 hanya kalian lewati sekali kalau kalian habiskan hal ini untuk main Game, Dugem, Dsb kalian pasti akan menyesal... Apa kalian mau mengulang S1 di umur 30thnan ke atas?
Buat yang udah kerja, kalo kalian masih sering Dugem, gonta-ganti HP, beli2x barang elektronik, sudah lah cukup! tidak peduli berapapun gaji kalian 7juta, 10juta kalau pola hidup kalian seperti ini kalian akan kerepotan saat anak kalian sudah besar masuk SMA dan Kuliah..

Saya menulis topik ini bukan untuk mendiskriminasi Ce. Matre, saya tidak melarang kalian ingin seperti apa? karena hidup adalah pilihan.. JalanMu adalah Jalan HidupMu.. hanya saja saya ingin mengingatkan kita semua agar lebih bijaksana dalam memilih pasangan yang terbaik, baik untuk perempuan maupun pria...

Dari sini bisakah kita membedakan mana Ce. Matre dan mana Ce. Cerdas?

Sebelumnya thanks sudah membaca...!!^^ n Jangan lupa Rate + Commentnya supaya tridnya tetep nongol n banyak agan2x/aganwati yg membacanya

Wong Fei Hung adalah seorang muslim


wong_fei-hungSelama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China . Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong , Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.
Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.
Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.
Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.
Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.
Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea ). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.
Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.
Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.
Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.

Dua Jam, Dua Kali Lipat

siluet masjid 5Allah selalu menolong hambaNya, selagi sang hamba suka menolong saudaranya” (Muhammad Saw)
**
“Ma, tolong transfer uang satu setengah juta ke rekening adikku Arif ya…!” ucap Didik kepada Feny istrinya melalui ponsel. “Buat apa, Pa?!” tanya Feny. “Pokoknya kamu kirim saja ke rekening dia lewat sms banking. Hitung-hitung berbagi rezeki. Sepertinya sudah lama kita gak bantu Arif sekeluarga” jelas Didik.
Didik yang sedang berada di atas mobilnya pagi itu tergerak untuk bersilaturahmi kepada Arif adiknya di kampung yang sudah lama tidak ia hubungi. Ingin sekali ia menelpon adiknya sekedar menanyakan kabar, namun ada sejumput rezeki yang ingin ia bagi kepada Arif yang menjadi seorang PNS di Semarang.
Tak lama menunggu, hand phone Didik berbunyi menandakan ada sms masuk dari istrinya mengabarkan bahwa dana Rp 1,5 juta telah ditransfer ke rekening Arif.
Didik membalas sms istrinya, lalu ia pun memutar telpon Arif untuk bersilaturahmi.
**
“Apa kabarmu, Dik?” tanya Didik kepada Arif. Perbincangan di menit-menit awal begitu akrab antara dua orang saudara kandung yang lama tidak bertemu sebab terpisah jarak. “Oh ya…, baru saja Feny istriku kirim dana satu setengah juta rupiah buat keponakan-keponakan ku di Semarang. Silakan dicek apa sudah sampai?!” jelas Didik. “Subhanallah, Alhamdulillah! Terima kasih, Mas. Saya gak ngerti harus ngucap apa ya…?” sambut Arif. “Memangnya kenapa, Rif?” tanya Didik. “Subhanallah. .. sudah beberapa hari ini saya bingung mau ngutang kemana untuk bayar sekolah Danu. Dia diterima di SMP Negeri, tapi uang pendaftarannya Rp 1.5 juta. Kemana-mana saya cari utangan, gak dapat-dapat. Tapi Alhamdulillah rupanya Allah gerakkan hati mas Didik padahal saya belum cerita tentang hal ini.”
Dalam hati, Didik merasa kagum atas skenario Allah ini lalu ia menambahkan, “Sudahlah, itu rupanya sudah Allah atur. Mudah-mudahan dana itu berguna untuk pendidikan Danu!”
Pembicaraan kedua saudara itu berakhir dengan kalimat syukur dan terima kasih yang berulang-ulang dari Arif. Padahal, Didik pun turut bersyukur kepada Allah Swt Sang Maha Pengatur yang sudah menggerakkan hatinya dan Feny untuk mudah membantu keperluan Arif sekeluarga yang sedang dirundung masalah.
“Segala puji bagiMu, ya Allah!” gumam Didik
**
Hari itu Didik hendak memenuhi sebuah undangan rapat di kantor rekanan tentang proyek pipanisasi gas yang akan dibangun. Sebagai seorang pengusaha pemilik perusahaan Oil & Gas yang berkiprah belasan tahun, saran dan analisa Didik amat dibutuhkan.
Dalam rapat tersebut Didik mendapatkan porsi untuk menjelaskan hal-hal teknis yang pernah ia jumpai di lapangan dalam hal sedemikian. Semua statementnya dicatat oleh seluruh yang hadir di ruangan itu. Hampir 1 jam ia bicara, dan setelah ia memaparkan penjelasannya dan ditambah dengan sedikit diskusi Didik pun berpamitan untuk meninggalkan ruangan rapat karena ada acara yang harus ia hadiri.
**
Didik bergegas meninggalkan ruang rapat di kantor rekanannya itu. Terdengar oleh telinga Didik ada hak sepatu wanita di belakangnya yang berlari cepat seperti mengejar sesuatu. Benar saja, rupanya wanita itu kini sudah berada di sisi Didik. “Maaf pak Didik saya Amel. Boleh saya minta tanda tangan pak Didik?!” “Tanda tangan untuk apa, Mel? ” Didik bertanya. “Ini ada uang kehadiran rapat yang boss titipkan kepada saya untuk pak Didik” jelas Amel.
Didik pun menandatangani sebuah kwitansi berwarna hijau yang tertera nominalnya Rp 3 juta. Setelah kwitansi itu ditandatangani, maka Amel pun menyerahkan selembar amplop yang berisi cek senilai Rp. 3 juta.
**
Kini Didik sudah berada di atas mobilnya. Hatinya berbunga-bunga dan segera ia menelpon istrinya. “Ma…, ingat gak 2 jam lalu aku memintamu transfer satu setengah juta ke rekening Arif. Subhanallah, dalam tempo dua jam itu, Allah langsung membalas 2 kali lipat dari sedekah kita!!!”
Feny pun berkali-kali berucap hamdalah tanda syukur. Pagi itu Didik & Feny menyaksikan sebuah janji Allah yang nyata bahwa perniagaan di jalan Allah sedikit pun tidak mendatangkan kerugian, akan tetapi malah bertambah, bertambah dan bertambah!
Saya yakin Anda juga pernah merasakannya.