Search This Blog

Tuesday, April 3, 2012

Bersahabat


Sahabat, Bagiamanakah bersahabat yang baik ?
Kadang kita bertanya siapakah sahabat kita ?
Dalam hidup sehari-hari kita bergaul dengan macam macam orang, macam-macam kelompok dimana setiap orang mempunyai pribadi yang unik. Dalam lingkungan sekolah kita mempunyai sahabat, begitu pula dalam lingkungan kerja dan juga dalam lingkungan gereja, serta masyarakat.

Pada lingkungan sekolah/kerja kita mempunyai sahabat karena memang kita berkumpul bersama untuk satu tujuan, mendapatkan ilmu, dan memang sifat manusia itu untuk berinteraksi dengan sesama, sehingga jadilah persahabatan itu.
Hal itu mudah terwujud bila kita memang ikut dalam satu pekumpulan, kita bisa saling membantu, saling cerita tapi kadang semua itu ada yang dilakukan karena memang kita berada dalam satu lingkungan itu. Bagaimana kalau kita keluar dari lingkungan itu, apakah persahabatan itu masih terjalin ?

Kadang kita berteman karena suatu tujuan, suatu maksud dan juga kita membuat kotak-kotak dalam bersahabat itu, kita berteman dengan si 'A' karena dia pintar dll, jadi kita memanfaatkan seseorang disini, jika kita tidak butuh lagi kita tidak bertegur sapa, hal ini mungkin masih terjadi pada diri kita masing-masing.

Kemudian pula ada persahabatan yg terbentuk terkotak-kotak, berdasarkan golongan ataupun kelompok-kelompok, ada kelompok yang tidak mau bergaul dengan kelompak yang lain karena perbedaan prinsip, agama dan lainnya.

Karena berbeda agama, kadang kita susah pula untuk berkomunikasi, kadang ada hal-hal yang susah dibicarakan jika berkumpul. Apakah hal ini menjadi kendala ? Untuk di negara Indonesia ini hal ini memang sering terjadi, tapi hal itu bisa kita selesaikan dengan tidak saling menyinggung agama dalam percakapan kita, boleh saja kita bercerita dan pada intinya kita hanya cerita tidak berusaha menarik dia untuk ikut dalam agama kita, karena memilih agama adalah hak asasi tiap orang.

Perbedaan yang ada seharusnya membuat kita menyadari kita ini unik, dan kita pun harus sadar bisa menerima orang lain apa adanya, itu hak mereka untuk memilih agamanya masing-masing dan juga kita menerima sesorang tuh jangan harus membuat orang itu mengikuti kita, dan kita pun harus dapat menerima orang lain apa adanya, jangan hanya tertutup dalam lingkungan kita.
Jangan nantinya ada orang yang sampai terpaksa merokok, karena dalam kelompoknya itu semua merokok, sehingga jika tidak merokok, dia dibilang tidak kompak dll.

Kita harus sadar kadang mendapatkan sahabat sejati itu susah sekali, karena banyak orang bersahabat hanya karena kepentingan, karena etnis, dll. Tapi lihatlah jika kita dalam kesusahan apakah mereka rela menolong kita ?

Dalam kitab suci, kita pun tahu tentang seorang Samaria yang menolong seseorang yang terluka di jalan karena dirampok, Orang Samaria itu tidak mengenal siapa orang tersebut tapi dia memberikan kasih kepada orang tersebut.

Apa yang dilakukan orang Samaria itu adalah contoh yang baik, karena ia menganggap semua orang itu adalah sahabatnya, apa yang ia bisa lakukan demi orang lain itu adalah hal yang sangat berharga dalam hidupnya.
Banyak dari kita bila kita tahu teman sedang kesusahan malah kita berlagak tidak tahu atau menghindar seperti yang dilakukan sorang Imam dan seorang Lewi dalam kisah Orang Samaria itu. Apakah kita masih ingin terus demikian ? membantu karena suatu tujuan / imbalan, karena mereka itu bukan sahabat kita sehingga kita biarkan saja ?

Hendaknya kita lebih memperhatikan lagi ajaran CINTA KASIH yang diajarkan Yesus "Kasihilan Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri".

No comments:

Post a Comment